Suararonggolawe.net – Jakarta ,Selepas masa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) anak biasanya akan langsung dipersiapkan untuk jenjang Sekolah Dasar (SD). Tapi tahukah detikers usia berapa anak boleh masuk SD .
Secara umum, anak mulai masuk SD pada usia 6 atau 7 tahun. Hal ini bisa berbeda bergantung pada perkembangan individu anak.
Menurut psikolog sekaligus Dosen Universitas Indonesia (UI), Rose Mini Agoes Salim, M.Psi., kematangan sekolah tidak dilihat dari usia. Ada yang usia 5 tahun sudah matang, ada yang baru 6 tahun, bahkan 7 tahun.
“Kalau stimulasi bagus anak pasti matang ke sekolah. Kenapa usia 7 tahun matang karena itu diambil pada usia kematangan rata-rata,” ucapnya .
Untuk melihat kesiapan aturan anak masuk SD, bisa melihat Permendikbud Nomor 51 tahun 2018 tentang PPDB TK, SD, SMP, SMA, SMK.
Pada pasal 7 terdapat aturan yang berbunyi:
1. Persyaratan calon peserta didik baru kelas 1 (satu) SD berusia:
a. 7 (tujuh) tahun; atau
b. paling rendah 6 (enam) tahun pada tanggal 1 Juli tahun berjalan.
2. Sekolah wajib menerima peserta didik yang berusia 7 (tujuh) tahun.
3. Pengecualian syarat usia paling rendah 6 (enam) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b yaitu paling rendah 5 (lima) tahun 6 (enam) bulan pada tanggal 1 Juli tahun berjalan yang diperuntukkan bagi calon peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa dan kesiapan psikis yang dibuktikan dengan rekomendasi tertulis dari psikolog profesional.
4. Dalam hal psikolog profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak tersedia, rekomendasi dapat dilakukan oleh dewan guru Sekolah.
Cara Mempersiapkan Anak Masuk SD .
Sebelum anak memasuki SD, Rose mengatakan anak perlu diberikan banyak stimulasi. Karena pada masa ini otak anak tumbuh dan berkembang dengan pesat seperti spons.
“Pada saat masih kecil 2-4 tahun seperti spons. Jika ditaruh air di bawahnya maka seluruh isi air akan diserap spons itu. Ini yang membuat anak kita pandai. Karena pada sponsnya naik artinya informasi dan pengalaman terserap di sana,” paparnya.
Rose menjelaskan bahwa anak-anak harus diberi pengalaman untuk mengeksplorasi lingkungannya. Pada saat mengeksplorasi inilah orang tua harus menstimulasi sesuai dengan usianya.
Sebelum memulai stimulasi orang tua perlu memahami karakteristik dan tugas perkembangan anak usia dini seperti kemampuan berpikir konkret, memiliki rasa ingin tahu yang besar, suka berfantasi dan berimajinasi, hingga mudah jenuh.
Lebih lanjut Rose memberi contoh stimulasi yang bisa dilakukan pada masa pandemi. Misalnya dengan membuat proyek atau program sebelum orang tua bekerja agar anak tetap memiliki kegiatan.
“Untuk stimulasi anak saat pandemi agar siap masuk sekolah dasar kita cari dan bikin sebuah project. Sebelum bekerja bisa menyiapkan project misal main kemah-kemahan di ruang tamu pake kain atau sarung. Kemudian kasih tugas kakak pura-pura masak di bagian dapur dan adik di bagian lain. Kemudian kita bikin situasi seperti di rumah tetangga nanti apa yang mereka lakukan,” tuturnya.
Dalam hal ini, perang orang tua cukup besar dalam menciptakan kesenangan agar anak usia dini bisa tetap siap masuk Sekolah Dasar.
“Sebetulnya orang tua di rumah harus punya kemampuan kreativitas luar biasa agar bisa membuat program-program untuk anak-anak. Buat kegiatan yang bikin anak tertarik dan melakukan dengan senang hati,” tutup dosen UI tersebut.
Editor ” Agus Purnama